Pages

Selasa, 04 Agustus 2009

KOMPETENSI PROFESI DA'WAH

Profesi adalah kualifikasi khusus yang dimiliki seseorang untuk melakukan pekerjaan keahlian tertentu. Seseorang disebut professional apabila ia memiliki kemampuan khusus dalam lapangan pekerjaan atau kegiatan tertentu. Kemampuan itu dimiliki melalui pendidikan khusus tingkat tinggi yang diberi wewenang membina kemampuan tersebut.

“Kemampuan dari terminology professional, ada baiknya diperhatikan, bahwa kompetensi tenaga yang professional terdiri atas kompetensi akademik, pribadi dan sosial” Prof.Dr.H.Djudju Sudjana (1999).

Kompetensi akademik; mencakup kemampuan dalam :

1. Penguasaan dan penggunaan kajian filosofis, teoritis dan yuridis dalam memecahkan masalah social yang dihadapi.

2. Penggunaan dan penyusunan satuan, jenis, system dan program kerja.

3. Penggunaan dan penyusunan satuan, jenis, system dan program kerja ganisasian, penggerakan,pembinaan (pengawasan/penyeliaan), penilaian dan pengembangan.

4. Penggunaan metode dan tehnik pembelajaran dan kajian lingkungan.

5. Penerapan dan penyampaian prinsip-prinsip ilmiah.

6. Penelitian dan berfikir kritis, analitis, logis dan sistematis.

7. Kepemimpinan dan pengambilan keputusan.

Kompetensi pribadi tenaga professional, adalah :

1. Memiliki prinsip/pegangan hidup dan integritas kepribadian.

2. Menampilkan keterbukaan dalam berkomunikasi.

3. Memahami dan mengamalkan etik professional.

4. Memiliki skill fungsional untuk mandiri dan berwirausaha.

5. Menyadari ketidaksempurnaan diri.

6. Mengenal, mengkaji dan mengeritik diri.

7. Terus menerus berusaha meningkatkan diri dalam keahlian khusus namun mempunyai wawasan luas (generalis).

Kompetensi jaringan social; adalah kemampuan :

1. Berdedikasi untuk melayani peserta binaan, lembaga dan masyarakat yang membutuhkan.

2. Mengkaji dan memahami lingkungan dan situasi kehidupan dengan segala aspeknya.

3. Mengamalkan iptek dan kepribadian dalam upaya memperbarui kehidupan (keluarga,masyarakat, dan bangsa).

4. Menjadikan hidup kemanusiaan lebih bernilai dan bermakna atas dasar dalam arti luas.

5. Bekerjasama dengan pihak lain atas dasar saling pengertian, tenggangrasa, pema’af dan menerima kekurangan diri.

6. Menyayangi/mencintai orang lain.

7. Otonom namun dapat bekerja sebagai satu kesatuan tim.

8. Memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif.

Kompetensi penyuluhan agama Islam :

1. Identifikasi wilayah atau kelompok sasaran.

2. Menyusun rencana kerja.

3. Membahas konsep program kerja.

4. Menyusun materi bimbingan atau penyuluhan.

5. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui tatap muka kelompok.

6. Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan melalui media.

7. Menyusun instrument hasil pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan.

8. Mengumpulkan data.

9. Mengolah dan menganalisa data.

10. Merumuskan hasil.

11. Menyusun laporan mingguan pelaksaaan bimbingan atau penyuluhan.

12. Melaksanakan konsultasidengan komunikatif dan disenangi klien.

13. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan atau kelompok.

14. Mempersiapkan bahan untuk menyusun petunjuk pelaksanaan/teknis bimbingan atau penyuluhan.

15. Menyusun petunjuk pelaksanaan/teknis bimbingan atau penyuluhan.

16. Merumuskan kajian arah kebijakan pengembangan bimbingan atau penyuluhan bersifat penyempurnaan.

17. Merumuskan kajian arah kebijakan pengembangan bimbingan atau penyuluhan bersifat pembaharuan.

18. Merumuskan pengembangan metode bimbingan atau penyuluhan bersifat penyempurnaan.

19. Merumuskan pengembangan metode bimbingan atau penyuluhan bersifat pembaharuan.

20. Menyusun tafsir tematis sebagai bahan bimbingan atau penyuluhan dari berbagai sumber.

21. Melakukan kegiatan KTI di bidang penyuluhan.

22. Menterjemahkan, menyadur kitab/buku dibidang penyuluhan agama.

23. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak.

Senin, 03 Agustus 2009

RETORIKA DA'WAH


(Rangkuman pada saat mengikuti pelatihan da’wah kab. Ciamis

18-19 November 2008)

“Tidak ada yang lebih tepat untuk memikat hati orang banyak, menggoncangkan perasaan orang, mendorong kemauan orang yang dikehendaki, daripada berbicara…….” (Cicero)

DASAR HISTORIS :

Kira-kira abad 5 SM, di yunani terjadi peristiwa dimana milik orang dirampas oleh penguasa, lalu mereka yang dirugikan itu mengadakan protes membentuk pengadilan dan meminta advis pada Corax dari Syracuse. Maka timbulah seni pidato atau retorika dan orang menamakannya dengan kesenian Corax, juga retorika merupakan alat golongan sufisme Yunani dimasa itu.


DEFINISI :
Retorika berasal dari bahasa Ingeris rethoric yang artinya ‘ilmu bicara’. Juga disebut sebagai seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan.

Dakwah berasal dari bahasa arab yang artinya’mengajak atau menyeru’. tapi pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah aktivitas mengubah situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan Islam menjadi situasi dan kondisi yang sesuai dengan kehidupan Islam.

Retorika dakwah adalah keterampilan menyampaikan ajaran Islam secara lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum mulimin agar mereka dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam yang karenanya pemahaman dan prilakunya dapat berubah menjadi lebih Isami.

SYARAT :

Syarat seorang retorikus adalah :

1. Berpendidikan.

2. Jujur, berakhlak baik dan ikhlas.

3. Argumen dikemukakan dengan susunan kata-kata yang baik, benar, tidak berbelit-belit, tepat, dan berbobot.

4. Jernih berfikir dan seksama menganalisa.

SISTEMATIKA :

1. Prolegomena : pendahuluan

2. Problema : persoalan

3. Argumenta : alasan

4. Critiek : kritik

5. Conclusie : penutup

MACAM RETORIKA :

1. Ceremonial rethoric : pidato upacara (contoh : khutbah, pidato peringatan keagamaan)

2. Political rethoric : pidato politik (contih : kampanye pemilu, propaganda)

3. Forensic rethoric : pidato pengadilan (contoh : alasan yuridis sebagai saksi/terdakwa/tergugat)

RETORIKA DALAM PRAKTEK :
Da’wah pada umumnya dilakukan dengan ceramah, pidato, atau khotbah, dan ada juga dalam bentuk dialog. Ceramah dan khotbah pada prinsipnya sama, hanya saja ceramah dapat dilakukan dalam berbagai modifikasi dan variasi dengan gaya yang lebih bebas semenara khotbah lebih terkesan ritual dengan rukun-rukun yang telah ditentukan, seperti khotbah Jumat, khotbah Iedul Fitri, Khotbah Iedul Adha, dan khotbah nikah. Untuk bisa ceramah dan khotbah dengan baik, minimal ada tiga bagian yang harus selalu diperhatikan.

1. PERSIAPAN
Persiapan merupakan sesuatu yang teramat penting diperhatikan karena barang siapa melangkah tanpa persiapan maka akan mundur tanpa penghormatan. Adapun langkah-langkah persiapan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Mental
Persiapan mental meliputi :

· Harus disadari bahwa apa yang akan kita sampaikan merupakan tanggung jawab yang mulia, yakni melanjutkan tugas para nabi dalam berdakwah, penting dan memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena masyarakat membutuhkan bimbingan kehidupan yang baik yang didasari pada ajaran Islam.

· Yakin bahwa apa yang akan disampaikan merupakan sesuatu yang benar.

· Menyadari bahwa kita diberi kemampuan untuk melakukan tugas ini dan meyakinkan kepada diri sendiri akan kemampuan itu.

· Jadikan kritikan bahkan cemohan orang sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas da’wah kita.

b. Memahami Latar Belakang Jamaah
Memahami latar belakang jamaah memiliki arti yang sangat penting untuk mengetahui gambaran keadaan jamaah untuk menentukan tema apa yang perlu dibahas yang sesuai dengan keadaan jamaah, untuk itu bisa dengan bertanya kepada pengurus atau panitia yang mengundang kita ataupun dengan langsung memperhatikan jamaah.

c. Menentukan Masalah

Tentukan permasalahan yang berkaitan dengan acara atau yang menurut kita harus lebih diutamakan.


d. Mengumpulkan Bahan
Mengumpulkan bahan referensi agar pembahasan materi khutbah bisa disampaikan dengan wawasan yang luas dengan ilustrasi yang tepat. Baik dari Al Qur’an, hadits, sirah, kitab-kitab Islam, yang ada di berbagai media baik cetak ataupun elektronoik, dan lain-lain.

e. Menyusun Sistimatika
Untuk memudahkan pembahasan perlu disusun sistimatika uraian materi pembahasan dengan alur misalnya:

· Menjelaskan sebuah masalah yang sedang terjadi di masyarakat,

· Bagaimana hukum masalah itu dalam pandangan Islam.

· Bagaimana Islam memberikan solusi tentang masalah tersebut.

· Kesimpulan yang berisi apa tindakan riil yang harus kita lakukan berkaitan dengan masalah tersebut.

f. Fisik

Jaga dan persiapkan kondisi fisiknya agar tetap prima selama berlangsungnya khotbah, Termasuk mengunakan pakain yang pantas dengan tetap memperhatikan kondisi jamaahnya.

g. Analisis Pendengar

Baca keadaan jamaah yang sesunguhnya, apakah keadaannya sesuai dengan gambaran yang didengar atau tidak. Seorang penceramah atau khotib harus mampu menganalisis jamaah untuk menentukan apakah pembahasan yang telah disiapkan cocok untuk kondisi jamaah tersebut atau mungkin perlu merubahnya dengan mengganti pembahasan dengan tema yang lain. Sehingga penting bagi penceramah atau khotib memiliki kemampun untuk bisa mengganti tema setiap saat sesuai dengan kebutuhan kondisi jamaah yang dihadapinya.


2. PELAKSANAAN
Hal yang harus diperhatikan saat ceramah/khotbah sedang berlangsung :

a.Tampil dengan penuh wibawa

Meskipun dalam dakwah kita menuntut jamaah untuk menggunakan prinsip “perhatikan apa yang dibicarakan, jangan perhatikan siapa yang berbicara”, namun penampilan yang mengesankan tetap diperlukan. Misalnya menggunakan pakaian yang pantas, wajah yang ceria, pandangan mata yang ramah dan tutur kata yang baik. Daya tarik dari sisi ini merupakan sesuatu yang sangat penting, sebab bagaimana mungkin ceramah kita akan didengar jamaah bila mereka sudah tidak tertarik dengan penampilan kita.
Menumbuhkan Kepercayaan Pendengar akan menanggapi ceramah kita jika mereka mempercayai kredibilitas kita. Untuk menumbuhkan kepercayaan, penceramah harus menguasai masalah yang sedang disampaikan, presentasinya bisa dipercaya, dan disampaikan dengan cara yang menarik.

b. Menguasai Forum
Sebelum ceramah dimulai, kita terlebih dahulu harus menguasai diri sendiri agar tidak gugup atau tidak grogi. Tatap seluruh sudut ruangan, dan memperbaiki posisi posisi agar betul-betul tepat dengan posisi mulut dan menyapa mustami. Jika telah demikian, insya Allah kita akan mudah menguasai forum.

c. Jangan menyimpang
Selama ceramah berlangsung, kita harus tetap berpijak pada tema yang sudah disiapkan, jangan sampai melebar terlalu jauh. Karena itu, penceramah harus dapat mengontrol diri jangan sampai uraian satu sub bahasan terlalu melebar dan menyita waktu sementara sublainnya hanya berlangsung sangat singkat. Apalagi kalau subtema yang dijanjikan mau dibahas sampai tidak terbahas dan hanya disebutkan saja karena waktunya hampir habis.

d. Gaya yang Orisinal
Penceramah sebaiknya menggunakan gayasendiri. Jangan meniru gaya orang lain. Hal ini akan mempermudah ceramah, sekaligus dapat menjaga wibawa. Bagi pemula yang belum menemukan gaya
yang cocok, maka harus banyak mengikuti dan mengevaluasi gaya dan penyampaian para dai lain, kemudian pimilih gayayang cocok dengan sifat dan karakter diri.

e. Bersikap Sederajat
Sebaiknya bersikap sederajat, jangan terlalu menggurui. Karena itu, dalam menyampaikan pesan, gunakanlah istilah “kita” bukan “Anda”, apalagi “kalian”. Kalimat seperti ini adalah kalimat yang bisa diterima oleh semua pihak yang mendengarkan, apalagi kita yang lebih dulu mendengar ucapan kita sendiri. Jadi anggap kita sedang menasihati diri sendiri tapi sekalian didengar oleh orang lain.

f. Mengatur Intonasi
Perhatikan dimana kita harus meggunakan intonasi tinggi, rendah, sedang dan datar agar ceramah tidak terkesan monoton.


g. Mengatur Tempo
Dalam berceramah hendaknya mengatur tempo pembicaraan. Ibarat membaca, perhatikan tanda-tanda bancanya, ada titik dan koma yang harus diperhatikan. Agar mustami bisa menyimak apa yang sedang kita utarakan.

h. Memberi Tekanan
Dalam ceramah seringkali ada kalimat-kalimat yang amat penting untuk dipertegas kepada pendengar. Kalimat itu harus diberi penekanan dengan cara mengulang-ulang, karena dengan begitu jamaah mendapat kejelasan yang memadai. Bahkan lebih baik lagi bila dibantu dengan menggunakan gerakan tangan seperti menunjukkan atau memperlihatkan jumlah jari sebagai isyarat dari jumlah masalah yang menjadi pembahasan agar memudahkan pemahaman dan meningkatkan daya tarik ceramah /khutbah agar lebih komunikatif.

i. Memelihara Kontak dengan Jamaah.
Agar jamaah tidak merasa jenuh jangan sampai kontak dengan jamaah terputus, misalnya dengan bertanya, memberikan humor yang segar dan relevan.


j. Pengembangan Bahasan
Untuk menambah daya terik dalam pembahasan, diperlukan pengembangan pembahasan, antara lain sebagai berikut :

· Penjelasan, yakni keterangan tambahan yang sederhana dan tidak terlalu rinci, misalnya dengan mengatakan, “sebagai muslim kita tentu sudah tahu tentang takwa, yakni melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.

· Berikan contoh yang relevan dengan pembahasan sehingga masalah yang dibahas akan menjadi tambah jelas dan konkret, misalnya dengan mengatakan, “Karena para sahabat ingin menunjukkan ketakwaannya kepada Allah, maka ketika Allah mengharamkan minuman keras, mereka membuang minuman keras itu dari dalam rumah mereka kejalan-jalan sehingga jalan-jalan di kota Madinah menjadi becek”.

· Memberikan analogi, yakni perbandingan antara dua hal, baik untuk menunjukkan persamaan maupun perbedaan, misalnya dengan mengatakan, “Orang yang beriman itu akan bergetar hatinya bila disebut nama Allah, karena Allah sangat dincintainya, sama seperti ada orang yang kita cintai lalu disebut namanya dalam pembicaraan orang lain. Maka, perhatian kita sangat besar terhadap pembicaraan orang itu dalam kaitan dengan nama orang yang kita cintai, ada perhatian yang besar ketika nama Allah disebut, maka ketika nama Allah disebut dalam azan, seorang mukmin akan segera menunikan shalat guna menunjukkan getaran hatinya.”

· Memberikan testimony, yakni mengutip, baik ayat, hadits, kata mutiara, keterangan para ahli, tulisan di buku, Koran, maupun majalah dan bulletin. Dengan kutipan yang jelas, materi ceramah yang kita sampaikan menjadi tidak perlu lagi diragukan kebenarannya.
Kelima, statistik, yakni mengemukakan pembahasan dengan membeberkan angka-angka untuk menunjukkan perbandingan suatu kasus, misalnya untuk mengemukakan akhlak masyarakat kita yang semakin rusak, kasus pencurian yang terjadi tahun 2004 lebih banyak terjadi dari tahun 2003, begitulah seterusnya.

k. Memberi Kesimpulan
Berikan kesimpulan dari uraiannya, lalu lanjutkan dengan kalimat penutup. Kesimpulan bisa dengan mengungkapkan beberapa masalah yang sudah dibahas, bisa juga dengan menyampaikan pesan-pesan inti dari isi ceramah yang kita maksudkan, sesudah itu akhiri ceramah dengan menyampaikan permohonan maaf dan memberi salam.

3. LANGKAH-LANGKAH SESUDAH CERAMAH

· Turun dari podium/mimbar dan berjalan dengan tenang menuju tempat duduk semula.

· Mengevaluasi sendiri ceramah yang sudah disampaikan, misalnya dengan mendengarkan kembali rekaman ceramahnya. Demikianlah secara umum bagaimana berceramah yang baik. Bagi yang ingin pandai berceramah tentu saja harus banyak berlatih dan memiliki banyak perbendaharaan kata-kata dan hal itu dapat diperoleh baik melalui banyak membaca maupun banyak mendengar ceramah orang lain.