Jumat, 14 Juni 2013
BUKAN DULU ATAUPUN NANTI MELAINKAN KINI
Sering saya mendengar istilah nasi sudah menjadi bubur” yang merupakan ungkapan penyesalan seakan suatu hal telah berakhir dengan kesia-siaan tanpa dapat melakukan perbaikan dan sungguh itu sangat menakutkan kaeran kita merasa gagal mengambil keputusan yang terbaik dalam suatu hal. Tapi rasa sesal itu tidak selamanya buruk untuk suatu permasalahan karena bila kita menyadari suatu kekeliruan maka pada saat itulah kita mengetahui kapan dan dari mana kita harus memulai suatu perbaikan. Seperti halnya nasi yang sudah menjadi bubur dapatlah kita menambahkan bumbu dan berbagai tambahannya hingga tetap dapat dinikmati bahkan memiliki nilai jual lebih sama pula seperti brownies yang awalnya karena pembuatan bolu coklat yang gagal maka begitupun dengan perkara gagal yang menimbulkan penyesalan dapatlah kita memperbaikinya meski hasilnya tida seperti yang pada awalnya kita harapkan tapi paling tida dapat memberi hasil akhir yang setara meski dalam wujud yang berbeda.
Dan saya pun sering mengalaminya yang salah satunya mengenai kuliah, kini saya melanjutkan pendidikan di Universitas Gunadarma fakultas ekonomi yang sebelumnya saya tercatat sebagai mahasiswi di IAILM Suryalaya (Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah) fakultas tarbiyah, sungguh suatu hal yang sangat berat untuk menjalaninya karena harus jauh dari lingkungan yang seidiologi dengan saya, jauh dari tempat tinggal guru tercinta saya, jauh dari mama yang sangat saya rindukan, tertinggal jauh oleh teman satu angkatan dulu ditambah lagi saya sangat awam dengan matakuliah di fakultas ekonomi hingga untuk IPK 3.0 saja sangat sulit saya raih sungguh itu menambah suram pandangan saya. Hingga sampailah pada titik dimana saya merasa menyesal dengan keputusan saya dahulu untuk menikah sebelum selsai kuliah, tapi kiranya rasa sesal itu membawa kebaikan dalam cara berpikir saya karena hal itu merangsang saya untuk kembali memikirkan dan menimbang semua yang telah saya lalui. Barulah saya sadari bahwa selama ini saya hanya meratapi yang telah ter jadi dan mendoktrin diri bahwa saya tidak mampu menjalani ini maka sejak saat itu saya kembali membuat perencanaan untuk perbaikan dan alhamdulillah sudah mulai ada kemajuan. Dan cara pandang sayapun mulai berubah, bukankah ada bagusnya saya menambah wawasan saya mengenai ekonomi karena perekonomianpun berperan dalam kemajuan negara dan agama apalagi kasih guru dan ibu takan terhalang jarak dan waktu. Mudah-mudahan ilmu yang saya dapatkan diperantauan bisa membawa manfaat untuk kemajuan kampung halaman saya dimasa yang akan datang aamiin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
burung terbang dengan sayap,, saya terbang dengan kritik yang membangun!